Yang saya maksud di sini adalah penyakit GO atau Gonore atau Kencing Nanah.
Sudah tahu kan ? Itu tuh, penyakit terkenal yang saya istilahkan sebagai padanan cucakrowo ngiler (berliur).
Mengapa penyakit yang boleh dikata sudah sangat dikenal ini saya angkat kembali, tak lain karena ada sisi menarik terkait si cucakrowo ngiler.
Biasanya, penderita cucakrowo berliur datang sendirian malam hari, atau minta masuk belakangan. Sekilas tak nampak sakit, segar bugar dari luar. jika ditanya sesama penderita biasanya mengatakan sakit pilek atau penyakit lain.
Demikian pula saat sudah di dalam, pemilik cucakrowo berliur minta bicara dengan saya, saat ditanya istri (kami praktek bareng) ngga mau ngomong. Ada juga sih yang ngomong langsung di depan kami berdua, tapi jarang.
Ternyata ada juga yang tidak biasa, tidak umum.
Beberapa kali seorang suami sakit Kencing Nanah diantar istri tercinta untuk berobat penyakit tua tersebut. Kasus datang berdua begini sudah tidak milih-milih lagi. Maksudnya mereka menceritakannya kepada kami berdua.
Ekspresi sang istri macam-macam dong. Ada yang tetap bertutur lemah lembut sambil senyum (kecut), menceritakan penyakit suaminya.
Lainnya, bergitu masuk langsung nyas nyis nyus, sambil menumpahkan rasa kesal, marah. Rasakan !!!
Uniknya, pada kasus suami diantar istri ini tidak satupun si suami menceritakan penyakitnya. selalu istri yang bercerita.
Barulah ketika di kamar periksa si suami cerita sambil berbisik.
Di daerah kami, ada salah kaprah dalam menamakan penyakit kencing nanah. Mereka mengatakan Sifilis, padahal Gonore, ingat sekali lagi Gonore. Rupanya sudah kompak diantara sesama penikmat PSK.
Ada juga yang datang tidak sekali, mereka tahu Gonore, bukan Sifilis karena sudah diberi tahu, pakai PDA *promosi* (Sebelum punya PDA, pakai gambar laminating)
Kembali pada kasus suami gonore diantar istri.
Mereka pada umumnya terbuka perihal hubungan intim. Adakalanya istri mengetahui sebelum berhubungan intim dengan suami yang sakit GO, lalu berobat, mungkin di rumah sudah perang duluan sebelum berobat.
Adapula istri tak tahu, menjadi curiga dan akhirnya tahu ketika istri merasa tertular karena ada keluhan nyeri kencing dan keputihan.
Kasus demikian dua-duanya harus diobati supaya tidak terjadi fenomena “ping-pong”. Istilah apalagi ?
Fenomena ping-pong maksudnya terjadinya penularan imbal balik suami istri.
Contohnya begini:
Misalnya seorang suami hari Sabtu malam Minggu pamit rapat, lalu me-rapat-lah suami kepelukan PSK, dan seterusnya *sensor*. Minggu pagi suami pura-pura cerita urusan “rapat-rapatan” sambil bawa oleh-oleh. Malamnya berhubungan intim dengan istrinya,
Jika suami sudah tertular waktu “rapat” dengan PSK, ( Sabtu malam Minggu) berarti sudah kemasukan kuman Neisseria gonorrhoeae. Nah ketika esok malamnya (Minggu malam Senin) mereka berhubungan intim, maka suami sudah menyumbangkan kuman tersebut kepada istrinya.
Bila beberapa hari kemudian suami menderita kencing nanah lalu berobat, maka suami akan sembuh, tapi istri masih menyimpan kuman tersebut. Jika suami yang sudah sembuh lalu berhubungan intim lagi dengan istri yang notabene menyimpan kuman GO, maka suami ketularan lagi, beberapa hari kemudian nyeri kencing lagi, keluar nanah lagi.
Bila tidak diobati dua-duanya (suami-istri) kejadian tersebut berulang dan berulang.
Inilah yang disebut “fenomena ping-pong”. Jelas ? *hih panjang banget prolognya*
Belum gamblang ya, oke kita kupas dikit demi dikit.
GONORE ( KENCING NANAH )
Ringkasan:
(maaf untuk menghindari kesan vulgar, gambar tidah disertakan, yang bergambar ada di edisi cetak, di bagian akhir tulisan)
Definisi:
Gonore atau Kencing Nanah adalah salah satu penyakit menular seksual (PMS) yang berlangsung dalam tempo singkat (akut). Penyakit ini disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae, yakni kuman berbentuk mirip kopi (diplococcus).
Penularan:
Gonore ditularkan melalui hubungan seksual, termasuk lewat anal (dubur) dan oral (mulut).
Jadi bila seorang pria mengatakan kepada pasangannya bahwa ketularan saat kencing di toilet tempat umum atau melalui handuk temannya, bohong tuh.
Alasan tersering para penderita datang ke PSK sehingga terjangkit Gonore, katanya sih karena diajak teman-nya. Hampir selalu begitu, betul tidaknya belum ada penelitian.
GEJALA dan TANDA
Gonore pada Pria.
Seorang pria dapat tertular melalui hubungan (seksual) dengan wanita penderita gonore (coitus suspektus). Masa tunas berlangsung antara 2-10 hari dengan rata-rata 3 hari.
Gejala uretritis (gonore):
- Nyeri waktu kencing, terutama saat awal kencing.
- Permukaan saluran kencing bawah (orifisium uretra) membengkak (oedema) dan kemerahan (eritematus).
- Keluar cairan (sekret) nanah (purulen) dari saluran kencing.
Penulis pernah menemukan (di praktek) penderita termuda 16 tahun dengan nanah yang menetes-netes, kuning kehijauan dan berjalan seperti orang disunat. Adapun penderita tertua usia sekitar 60 tahun (hebat ya).
Komplikasi atau penyulit pada gonore pria, antara lain:
- Infeksi kelenjar cowperi (cowperitis), kelenjar di bawah saluran kencing pangkal penis.
- Infeksi prostat (prostatitis), kelenjar di bagian paling ujung saluran kencing berbatasan dengan kandung kemih.
- Infeksi kelenjar epidedimis (epididimitis), dan lain-lain.
Gonore pada Wanita.
Pada umumnya penderita gonore wanita tidak menimbulkan gejala, disebut asimtomatis. Paling sering mengenai leher rahim (serviks), dengan gejala keputihan. Jika mengenai saluran kencing, maka dapat terjadi keluhan nyeri kencing (disuri) ringan, dan dapat juga mengenai kandung kemih, ditandai dengan sering kencing (jawa: anyang-anyangen), nyeri perut bagian bawah dan adakalanya nampak darah bersamaan dengan kencing (hematuri)
Komplikasi atau penyulit pada gonore wanita, antara lain:
- Infeksi kelenjar Bartolin (bartolinitis), kelenjar di seputar bibir kemaluan. Rasanya amat nyeri, so si penderita jadi sulit jalan. Terjadi pembengkakan di bibir luar vagina (labium mayus), bisa bernanah, timbul abses dan jika sampai pecah, duhhh, bisa menimbulkan krowok (ulkus)
- Infeksi jaringan pelvis ( Pelvic Inflamatory Diseases), radang rahim, indung telur dan sekitarnya.
Ditandai dengan rasa nyeri saat menstruasi, saat berhubungan intim, dan umumnya menampakkan gejala ringan, sehingga kurang begitu diperhatikan.
Gonore di luar genital (ekstra genital)
- Gonore rongga mulut (oropharyngeal gonore), sebagai akibat oral seks. tandanya mirip radang tenggorokan.
- Gonore rektum (proktitis gonore), yakni infeksi gonore di rongga rektum (bagian dalam anus), sebagai akibat hubungan intim lewat anus. (ceritakan rasanya dong)
- Gonore mata (gonoblenore), diderita bayi baru lahir karena si ibu menderita gonore. Penularannya saat persalinan. Beberapa hari setelah melahirkan, mata si bayi membengkak, saat dibuka keluarlah nanah. Hiyyyy kasian.
Dapat juga terjadi pada dewasa jika penderita ngucek-ngucek mata sehabis megang organ kelaminnya yang sedang terinfeksi gonore. (huek, jorok ah).
Pemeriksaan Laboratorium
Merupakan salah satu pemeriksaan penunjang di dunia medis. Jenis pemeriksaan didasarkan atas indikasi. (nggak semua diperiksa dong)
Bahan pemeriksaan kasus gonore diambil dari:
Pria: nanah dari saluran kencing bawah (uretra) atau diplotot (pijat) batang pinesnya (eh maksudnya penis) untuk mengeluarkan cairan atau nanah.
Dapat pula dengan memeriksa urin (sedimen urine) atau cairan yang dikeluarkan dengan pijat prostat (siapa yang mijet, hayo)
Wanita: dari muara saluran kencing bawah (uretra). Ssst, tahu tempatnya belum ?
Dapat juga diambil cairan dari muara kelenjar Bartolin, leher rahim atau rektum.
Mata: dari cairan nanah mata.
Singkat cerita, semua bahan tersebut dioleskan pada gelas kaca lalu dilakukan pengecatan dengan pewarnaan Gram (cara atau metode pewarnaan), diintip melalui mikroskop dengan pembesaran 100 kali.
Nah, bila ditemukan kuman berbentuk seperti biji kopi (diplococcus) Gram negatif, di dalam ataupun di luar sel darah putih, maka hasil pemeriksaan POSITIF.
Metode pengecatan Gram:
(sekalian aja, siapa tahu dibaca bagian laborat atau ahli kimia untuk dikoreksi)
Langkah-langkah singkat, sebagai berikut:
Setelah bahan siap, fiksasi dengan pengeringan (api), lalu dilakukan pewarnaan dengan:
Pewarnaan Gram pertama, yaitu:
- Karbol gentian violet (30 detik), lalu bilas dengan air.
- Lugol selama 30 detik, bilas lagi.
- Aseton alkohol selama 2-3 detik, lalu bilas dengan air.
Berikutnya pewarnaan Gram kedua, dengan;
Larutan safranin selama 30 detik, bilas lalu keringkan. Siap diperiksa.
Gram positif bila warnanya ungu dan negatif bila hasil pemeriksaan berwarna merah.
Biaya Pemeriksaan di Rawat Inap Palaran: Rp 22.000,- (dua puluh dua ribu rupiah).
Mahal ngga ya. Soale swakelola sih.
Di Kota lain berapa ? Serius lho ini, bukan mancing-mancing.
Halo laborat dan ahli kimia, tolong dibetulin bila salah.
Cara lain adalah dengan pembiakan kuman (biaya mahal) menggunakan media selektif.
DIAGNOSA
Wawancara (anamnesa)
Rangkaian “pengobatan” diawali dengan wawancara atau dalam bahasa medis disebut anamnesa. (diingat-ingat ya, anamnesa)
Pada umumnya, penderita gonore nggak usah digali sudah ngomong sendiri penyakitnya. Namun perlu juga ditanya hubungan intim sebelumnya.
Bila sudah berkeluarga, pertanyaan ini penting untuk mengetahui apakah sudah terjadi penularan pada pasangan atau tidak.
Bila ada dugaan gonore rongga mulut (oropharyngeal gonore) perlu juga nanya “ngoral” … hehehe ngerti tho. Ho-oh.
Demikian pula jika dugaan proktitis gonore (gonore rektum), perlu ditanya aktifitas “nganal’.
Pemeriksaan (fisik diagnostik)
Oke kita kenalan dengan rangkaian “pemeriksaan” medis yuk.
Inspeksi (melihat)
Pada kasus ini kebanyakan sudah dapat mendiagnosa dengan melihat (inspeksi), tentunya setelah wawancara (anamnesa).
So, yang dilihat adalah ada tidaknya bercak cairan nanah di celana dalam tepat di tempat cucakrowo. Biasanya ada bercak disitu. Atau melihat tanda peradangan di ujung kemaluan, ada tidaknya cairan nanah, bila perlu disuruh mijat si cucakrowo.
Lha terus gimana jika wanita ?
Agak sulit memang, namun bisa dilihat atau mencocokkan keluhan dengan tanda peradangan pada kemaluan. Jika masih meragukan, ya periksa laboratorium.
Palpasi (memegang)
Untuk kasus gonore tidak begitu banyak diperlukan kecuali bila ada penyulit atau dugaan komplikasi.
Siapa mau megang-megang cucakrowo berliuran nanah, hayo.
Perkusi (menepuk)
Gak perlu dilakukan. Ini hanya perkenalan lho, mengenalkan rangkaian pemeriksaan medis. Nggak mungkin kan, nepuk-nepuk cucakrowo.
Auskultasi (mendengarkan dengan stetoskop)
Blas tidak perlu. Emangnya untuk apa nempelkan stetoskop di kepala cucakrowo berliur nanah? Nggak mungkin kan.
Nah, sudah tahu kan rangkaian pemeriksaan medis yang disebut diagnosa fisik ?
Untuk mendiagnosa penyakit, tidak semua pemeriksaan dilakukan. Misalnya penyakit kulit bongso Cutaneus larva migrans, cukup dengan melihat (inspeksi).
Kalo meriksa keluhan sesak nafas, perlu mendengarkan dengan stetoskop (auskultasi).
Artinya, pemeriksaan bisa hanya salah satu dari di atas, salah dua, atau semua perlu dilakukan.
Dah paham kan, pahammmm.
PENGOBATAN
Ini dia yang ditunggu-tunggu.
Biasanya para penderita sudah minum obat duluan, obatnya macem-macem, dari mulut ke mulut antar penikmat PSK.
Jarang sih yang langsung ke dokter, ini di tempat penulis lho, entah di tempat lain.
Mereka (penderita gonore) pergi ke dokter jika dengan obat yang diminum tidak kunjung sembuh.
Adakalanya seperti yang penulis ceritakan diatas, berobat saat ketahuan istri.
Dulu di Indonesia, umumnya sudah bisa disembuhkan dengan:
Penisilin prokain dikombinasi probenecid injeksi, atau ampisilin injeksi dikombinasi probenecid atau tiamfenikol 3,5 gram diminum (per-oral) dosis tunggal (artinya sekali minum saja)
Jika ada komplikasi, selain obat di atas masih ditambah dengan obat minum selama 7 hari.
Sedangkan untuk kuman kebal (resisten) terhadap penisilin, diberi obat lain, contohnya:
injeksi Kanamisin.
Dalam perkembangannya, pengobatan saat ini menggunakan golongan quinolon atau turunannya misalkan ciprofloxacin, contohnya : enggak usah ah, nanti dikira promosi obat. Pengobatan lain dengan menggunakan golongan Doksisiklin.
Ada pula golongan sefalosporin misalnya ceftriaxone.
Maaf ya, semua obat ditulis dengan nama generik bukan nama paten (nama dagang).
Oh ya sekalian aja, yang disebut nama paten bukan berarti obatnya hebat, bukan. Maksud nama paten adalah nama dagang.
Contoh:
Andai penulis memiliki pabrik obat, lalu ingin memasarkan obat golongan amoksisilin dalam bentuk kaplet 500 mg, penulis misalnya (atas pertimbangan market) membuatnya dengan merk cakmokisilin atau misalnya cakmokimox.
Nah, nama generik obat tersebut amoksisilin sedangkan cakmokisilin atau cakmokimox adalah nama paten. Oke ?
Lanjuttttt.
Perlu diketahui, bahwa dibeberapa daerah kuman penyebab gonore sudah resisten atau kebal atau gak mempan lagi dengan obat-obat di atas.
Sebuah jurnal Indian J Med Res 123, May 2006 ( Sunil Sethi, Dharmendra Sharma, S.D. Mehta, Bhupinder Singh, Manu Smriti, Bhushan Kumar & Meera Sharma: Departments of Medical Microbiology, STD Polyclinic,Department of Dermatology & Venerology Postgraduate Institute of Medical Education & Research, Chandigarh, India) menyebutkan bahwa pemakaian ciprofloxacin pada kasus gonore mengalami resistensi 77,8 %. (35 dari 45 kasus)
Sedangkan pemakaian penisilin mengalami resistensi 47 %, tetrasiklin 51 % dan ceftriaxone 0 %.
Wah, bisa makin mahal nih pengobatan Kencing Nanah.
Canadian Medical Association or its licensors, melaporkan bahwa dari tahun ke tahun resistensi terhadap ciprofloxacin makin meningkat berdasarkan penelitian sejak 1991 hingga 2001. (lihat edisi cetak)
East of England Regional Epidemiology Unit melaporkan bahwa resistensi terhadap ciprofloxacin pada tahun 2001 sebesar 11,19 % dan tahun 2005 menunjukkan resistensi 28,12 %.
Bagaimana di Indonesia ?
Mungkin lebih parah. Betapa tidak, dokter sendiri begitu senangnya memberikan ciprofloxacin kepada pasiennya untuk beragam penyakit. Booming ciprofloxacin seolah bukan ancaman. Hal ini diperparah dengan perilaku pemberian Antibiotika yang membabi buta. Paramedis samimawon dan masyarakat juga tidak berbeda.
Lalu, bagaimana nanti pengobatan Gonore bila terjadi resistensi (gak mempan) ?
Semoga bermanfaat.
edisi cetak PDF bergambar (197 Kb) klik di sini
Topik terkait:
Gonococcal Infections
San Diego ( Fluoroquinolone-Resistant )
Artikel asli di sini
1 komentar:
Posting Komentar