16 Desember 2007

cantik-cantik PANU-an

PANUYang ngomong bukan penulis. Hanya mengutip omongan orang lain !!!

Sepasang muda-mudi masuk ruang praktek sambil senyam-senyum.
Pikiran paling-paling mau konsultasi imunisasi TT (tetanus toxoid) pranikah. Teryata tidak.

Setelah mereka duduk, si gadis memulai dialog: (terjemah dari bahasa daerah)

Gadis: “pak, saya gatal sudah 2 minggu lebih, awalnya di leher, sekarang sudah menyebar”.
Penulis: “sudah minum obat apa saja ?”
Gadis: “macam-macam, padahal sudah tidak makan telor, ayam dan ikan. Tetap gatal, tambah banyak “.

Adegan selanjutnya, periksa.

Di bawah sinar terang benderang, tanpa diminta si gadis menyingkap penutup leher dan punggung.
Untuk penegasan saja sih, soalnya waktu omong-omongan sudah ditunjukkan olehnya dan terlihat samar-samar bercak pultih kemerahan di lehernya
Sambil meriksa, ngobrolpun berlanjut.

Penulis: “koq sampai tidak makan telor dll, kenapa ?”
Gadis: “gatal kan alergi. Sakitnya apa pak, alergi ya ?”
Penulis: “bukan, ini jamur. Kalau berkeringat tambah gatal dan merah kan ?”
Gadis: “iya, sudah lama sebenarnya. Tadinya sedikit, saya kira gatal biasa”.

Kembali ke tempat duduk, kami berhadapan. Selanjutnya penulis menunjukkan gambar salah satu jenis penyakit jamur sesuai “gatal” yang dialami si gadis. Sontak si pemuda pendamping menimpali:
“lho, ini kan panu”, sambil bersandar, meledek dengan nada canda:
cantik-cantik panu-an“, ujar si pemuda.
Merekapun saling pukul mesra.

PANU, atau di dunia medis disebut dengan bahasa aneh Pityriasis versicolor, merupakan infeksi jamur di permukaan kulit. Biasanya kumat-kumatan dan tak jarang tanpa keluhan (asimptomatis).
Penyakit ini disebabkan oleh Pityrosporum ovale.*jamur, aja lah*

up date ( koreksi oleh: Bu Lita )

FAKTOR PENCETUS
Udara panas dan lembab, kehamilan, pil KB, faktor genetik, pemakaian obat golongan steroid (antialergi anti-inflamasi, misalnya: prednison, deksametason, betametason, dan lain-lain)

Bukan karena JARANG MANDI semata lho, ada juga yang rajin mandi, rajin gosokan bahkan pakai antiseptik, handuk dan pakaian ganti tiap hari, toh tetap bisa terjangkit panu.
Tak jarang pula menghabiskan berbotol-botol obat oles anti jamur, eh masih nongol juga.
Di lain pihak, ada yang jaketnya bau, seminggu gak dicuci, jarang mandi, toh gak panu-an.
Mengapa ? Kembali ke faktor pencetus.

TANDA-TANDA
PANU kulit gelap Mudah koq, kasat mata. Biasanya gatal jika berkeringat. Bagi yang berkulit gelap, bercak warna putih, sedang bagi yang berkulit putih, bercaknya berwarna terang, kemerahan.

Kalau tambah banyak gimana dong?
Yah, paling-paling bergerombol membentuk kepulauan Indonesia.

PENGOBATAN
Obat Luar (topikal)
Krim Mikonazole nitrat 2% (misalnya: fungisol, interzol, ketomed, moladerm, mycoral, dll). Krim dioleskan pagi dan sore (sesudah mandi) dan diberikan jika bercak tidak luas. Jika luas seperti kepulauan Nusantara, dapat diberikan Mikonazole 2% dalam bentuk bedak, misalnya: daktarin, mycorine.
Lama pengobatan: sekitar 2-4 minggu *lama ya*

Catatan penulis:
Untuk bayi sebaiknya diberikan Mikonazole 2% dalam bentuk bedak, karena bentuk krim tak jarang menimbulkan rasa risih (lengket) sehingga bayi menjadi rewel.

Obat Minum (oral)
Ketokonasol tablet 200 mg (nama generik), diminum 1 tablet sehari, sesudah sarapan, selama 2 minggu (referensi lain menyebutkan 10 hari)
Obat minum dapat diberikan bersama obat luar.

PERMASALAHAN
Penyakit ini sering kambuh. Menimbulkan bekas berwarna putih pada kulit yang terkena jamur setelah pengobatan.

Kadang sulit dibedakan dengan alergi. Padahal jika jamur ini diberi obat anti alergi terlebih diberi anti-inflamasi (steroid), awalnya seolah membaik, tapi sebenarnya akan bertambah luas karena anti alergi anti-inflamasi tidak boleh diberikan (kontra indikasi) pada penyakit jamur.
Bagaimana jika infeksi jamur menimbulkan penyulit reaksi alergi ?
Inilah repotnya, dan pemberian obat kombinasi (anti-alergi dan anti-inflamasi bersama anti jamur) menuai kontroversi.
Menurut hemat penulis, prioritas pertama pengobatan jamur, setelahnya dilanjutkan dengan anti-alergi.

Permasalahan lain adalah anggapan bahwa setiap gatal diidentikkan dengan alergi dan celakanya diasumsikan dengan larangan berbagai makanan.
Realita di tempat layanan pengobatan, tak jarang kita mendengar larangan ini-itu karena keluhan gatal yang belum tentu alergi. Sedangkan alergi-pun belum tentu karena makanan.
Lebih jauh tentang alergi, sila tengok:
Artikel: alergi (1) dan alergi (2) oleh tukangkomentar.

A d v i s:

  • Keringkan handuk setelah dipakai dan ganti sesering mungkin (halo mahasiswa kos-kosan, gak digantung di kamar kan?) *sorry* :lol:
  • Mandi sudah jelas dong, mana ada yang gak mandi seharian. Apa ada?
  • Simpan atau gantung pakaian di tempat kering (jangan kelamaan ya, ntar bisa jamuren)

Bacaan:

  • PDT Ilmu Penyakit Kulit RSUD dr. Soetomo
  • Ilmu kesehatan Anak, jilid I, FKUI, cetakan 2005

Semoga bermanfaat.

Link terkait:
Pityriasis versicolor
(panu, rek)

Artikel asli: di sini