08 Januari 2008

Disfungsi Ereksi: Pangeran Kecil Malas Berdiri

Kode ICD. 10 : N.48.4

SAATNYA MEMBEDAH JEROAN LELAKI.

edisi pendek:

P R O L O G
Disfungsi Ereksi atau erectile dysfunction adalah disfungsi sexual (sexual dysfunction) yang ditandai dengan ketidak mampuan atau mempertahankan ereksi pada pria untuk mencapai kebutuhan seksual dirinya sendiri maupun pasangannya.

Stop: dimohon dengan sangat para wanita untuk tidak menahan tawa. Eh, boleh ding ! :P
Puwasss, puwasss

Pada umumnya (ssst, tidak semua) kemampuan ereksi berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Yang dimaksud “kemampuan”, meliputi: lamanya waktu yang diperlukan untuk bisa ereksi, lebih banyaknya stimulasi (rangsangan) langsung untuk ereksi, kurang mantapnya (kurang keras) ereksi, kurang bisa mencapai puncak orgasme, sedikitnya jumlah ejakulasi, lebih lamanya waktu tenggat antar ereksi (waktu yang diperlukan dari ereksi pertama ke ereksi berikutnya lebih lama).
Seperti guyonan lama: bayangan hidup, pandangan hidup, pegangan hidup, kenangan hidup, harapan hidup. Dan … malas hidup, berat … berat.

G E J A L A
Pada disfungsi ereksi, tanda-tandanya adalah sebagai berikut:

  • Tidak mampu ereksi sama sekali atau tidak mampu mempertahankan ereksi secara berulang ( paling tidak selama 3 bulan )
  • Tidak mampu mencapai ereksi yang konsisten
  • Ereksi hanya sesaat ( dalam referensi tidak disebutkan lamanya )

Diakui ataupun tidak, disfungsi ereksi membuat lelaki seperti tak berdaya. Bisik-bisik antar pria seputar “rudal”, tak pelak menjadi bahan pembicaraan menarik dimanapun, dikantor, di kafe, di dunia maya, dimana-mana. Mitospun berhamburan sebagai bumbu penyedap kala berbicara “kegagahan” sang rudal.
Bagaimana rumpian rudal di kalangan wanita ? Hiyyy, jijay, tutup wajah buka jari. Ehm

FAKTOR PENYEBAB
Penyebab organik (kelainan organ), yakni:

  • Berkurangnya aliran darah ke penis, misalnya: penyakit vaskuler, gangguan hormonal, pasca operasi prostat, dan lain-lain.
  • Kerusakan saraf yang disebabkan penyakit lain, misalnya: diabetes.

Faktor psikologis (ICD.10: F 52.2), antara lain: stress, kecemasan, depresi, rasa letih, perselisihan, sakit hati, rasa bersalah, paranoid dan sejenisnya.

Selain itu, disfungsi ereksi berhubungan dengan beberapa faktor resiko diantaranya: hipertensi, diabetes, usia di atas 40 tahun, penyakit kardiovaskuler, kerusakan saraf tulang belakang (spinal cord), merokok, rendahnya kadar testosteron, penyakit pada penis (contoh: cedera penis), obat-obatan tertentu, alkohol, radiotherapy dan lain-lain.

Schrader S, dkk (2002) menyebutkan adanya hubungan bersepeda dengan Disfungsi Ereksi karena tekanan sadel sepeda pada penis. Hiks, kesemutan :lol:

TERJADINYA DISFUNGSI EREKSI
Ereksi terjadi melalui 2 mekanisme.
Pertama, adalah refleks ereksi oleh sentuhan pada penis (ujung, batang dan sekitarnya).
Kedua, ereksi psikogenik karena rangsangan erotis.
Keduanya menstimulir sekresi nitric oxide yang memicu relaksasi otot polos batang penis (corpora cavernosa), sehingga aliran darah ke area tersebut meningkat dan terjadilah ereksi. Disamping itu, produksi testosteron (dari testis) yang memadai dan fungsi hipofise (pituitary gland) yang bagus, diperlukan untuk ereksi.

Dus, disfungsi ereksi berhubungan erat dengan faktor: hormonal, sistem saraf, aliran darah dan psikologis. Gangguan pada salah satu atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi.

DIAGNOSA
Tidak ada (belum) cara khusus untuk menegakkan diagnosa disfungsi ereksi. Pemeriksaan darah lebih diarahkan untuk mengetahui penyakit lain yang diduga berhubungan dengan disfungsi ereksi, misalnya: diabetes.
Kondisi lain yang berhubungan dengan disfungsi ereksi, antara lain: kesehatan yang buruk, kurang gizi, obesitas (terlalu gemuk), penyakit kardiovasukler.

  • Wawancara mendalam dan pengakuan jujur penderita sangat membantu menegakkan diagnosa disfungsi ereksi sekaligus menentukan langkah-langkah penatalaksanaannya.
  • Pemeriksaan fisik, terutama organ reproduksi pria dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya kelainan organik.
  • Pemeriksaan penunjang

PENGOBATAN
Jenis dan cara pengobatan bergantung kepada penyebab primernya. Selain itu ditujukan pula untuk memperbaiki fungsi ereksi. Tak jarang kasus disfungsi ereksi tidak memerlukan obat, terutama pada kasus disfungsi ereksi karena faktor psikologis. Selain itu, peran pasangan sangat penting untuk membantu pemulihan disfungsi ereksi.

Obat-obat yang sering dipakai, antara lain: Phosphodiesterase inhibitor (PDE), misalnya: sildenafil. Obat ini tidak boleh digunakan lebih satu kali dalam sehari. Digunakan sebagai pilihan pertama tanpa memandang penyebabnya, karena efektif bagi sebagian besar penderita disfungsi ereksi.

Cara lain adalah:

  • Vacuum constriction. (yang ini rumit deh), Pembedahan, dilakukan untuk memperbaiki pembuluh darah penis (revaskularisasi).
  • Penis tiruan (protesis penis), merupakan pilihan terakhir jika semua upaya tidak memberikan hasil yang memadai.
  • Dan lain-lain

Obat-obat di atas digunakan hanya atas petunjuk dokter, mengingat efek samping yang tidak diinginkan.

A N J U R A N

  • Hindari obat-obat dan gaya hidup pencetus disfungsi ereksi, misalnya minuman alkohol berlebihan dan sejenisnya
  • Rileks. Di beberapa pusat kebugaran menyediakan metode relaksasi.
  • Olahraga teratur sesuai kemampuan dan cukup istirahat
  • Dukungan dan toleransi pasangan diperlukan untuk pemulihan disfungsi ereksi
  • Komunikasi penuh kasih dengan pasangan
  • Konsultasi kepada psikolog jika penyebabnya faktor psikologis
  • Konsultasi kepada dokter khususnya dokter ahli andrologi (jika ada)

Adakalanya sang pangeran kecil malas berdiri, tidak serta merta disfungsi ereksi. Jika hanya insidental, tak usah terlalu risau. Seperti halnya koneksi internet, kadang si kecil mode lemot. So, tetap optimis man !!!

Pertanyaan untuk wanita:

  1. Jika pasangan (kini atau kelak) mengalami disfungsi ereksi, apa yang akan dilakukan?
  2. Benarkah wanita (umumnya) mode menunggu jika menginginkan hubungan seksual ? Atau pertanyaannya begini: Apakah wanita merasa berhak dan bersedia mengawali “pertempuran” dengan (kalau perlu) membangunkan pangeran kecil (baca:penis) pasangannya ?

Terkait topik ini, enaknya minta pendapat wanita. Ada usul “pertanyaan untuk lelaki” ? Saran juga boleh. Monggo :P
Jika merasa malu berpendapat padahal ingin, sebaiknya pakai nickname or anonym agar dapat berinteraksi.

UPDATE

Pertanyaan untuk pria dari seorang wanita:

Jika kebetulan pangeran kecil™ malas ereksi, apakah pria berkata jujur kepada pasangannya ataukah diam-diam menggunakan obat kuat ?

SEMOGA BERMANFAAT

Topik terkait:
ED wikipedia
ED BBC News
ED Mayo clinic
ED emedicine

Edisi lengkap silahkan download file PDF 162 Kb: Disfungsi Ereksi

Kolaborasi Office online, sila klik Disfungsi Ereksi zoho online

Artikel asli sudah upload di wordpress, silahkan baca diskusinya: di sini