27 April 2008

Selulite : ahhh

Related: Striae
Kode : ICD.10 : L.90.6 (striae)
Kata kunci: striae, striae alba, striae rubra, striae atophicans, strech marks.

Memenuhi usul mas alle beberapa hari yang lalu di sini, penulis tergerak membuat postingan ini.

SeluliteBulir-bulir atau garis berliku (kemerahan, keunguan, kepucatan, kecoklatan) di permukaan kulit ini acapkali membuat gemas. Terutama bagi wanita, wa bil khusus wanita muda. *maaf*
Kendati bukan penyakit, tidak berbahaya dan tidak menggambarkan penyakit apapun, tetap membuat tak nyaman. Masalah penampilan.

Sebagian wanita muda (usia 20-40 tahun) mengatakan nggak PD. Apa iya sih? Selulitnya nggak kelihatan juga kan?
Demi kemulusan kulit, tak jarang uang ratusan ribu atau jutaan dikeluarkan demi menghilangkan selulite. Wajar, penampilan memang tidak murah.

APA ITU SELULITE ?
Para ahli masih silang pendapat terkait terjadinya selulite (striae*). Sebagaian berpendapat, striae terbentuk karena timbunan lemak, sebagian lainnya mengatakan bahwa striae terjadi sebagai akibat regangan “jaringan penghubung” (connective tissue) karena perubahan bentuk dan berat badan.

Penulis lebih memilih pendapat kedua. Kendati demikian pendapat pertama dapat diikuti pada kasus-kasus tertentu.
Inilah salah satu keunikan dunia medis yang dinamis dan berkembang sangat cepat, kadang harus menyesuaikan diri dengan disiplin ilmu lain tanpa meninggalkan kaidah ilmu kedokteran.

Beberapa faktor dan unsur jaringan yang diduga terlibat dengan selulite (striae*) antara lain: regangan, perubahan bentuk atau berat badan, kolagen dan elastin. Selain itu, pemakaian obat-obatan golongan steroid jangka panjang atau penyakit yang berhubungan dengannya (steroid) ikut berperan terjadinya selulite. Walau tidak jelas, faktor genetik disebut-sebut berhubungan dengan selulite.

ANGKA KEJADIAN
Samer Alaiti, MD, FCAP (Januari 2006), dkk menyebutkan bahwa di USA, selulite sering dijumpai pada wanita hamil (90%). Disebutkan pula, sekitar 70% wanita dewasa “memiliki” selulite. Apakah pria bisa ikutan punya selulite?
Alhamdulillah, kebagian juga, sekitar 40% pria dapat dihinggapi selulite.

Selulite lebih banyak dijumpai pada wanita dibanding pria, sayang tidak disebutkan proporsinya. Dari segi usia, selulite lebih banyak pada dewasa muda dibanding anak-anak. Referensi lain menyebutkan bahwa selulite dapat dijumpai pada usia remaja khusunya masa pubertas.

LOKASI SELULITE
Pada wanita hamil, selulite biasanya ditemukan di daerah perut dan payudara. Sedangkan pada wanita muda dapat dijumpai di dareah payudara, pinggul dan paha, pada pria di daerah pantat dan paha. kadang selulite dijumpai di lengan bagian atas atau daerah lain.
Seringnya selulite (striae*) ditemukan di daerah tersebut dikaitkan dengan tempat penyimpanan (depot) lemak.

PENCEGAHAN
Bagi sebagian orang, selulite (striae*) seolah menjadi bagian “kenyataan hidup” yang harus dihadapi, terutama bagi wanita, terlebih wanita hamil. Disebutkan bahwa sekitar 75-90% wanita hamil berpotensi munculnya selulite.

  • Pemakaian moisturizer dan lotion (terutama yang mengandung vitamin E) selama kehamilan oleh sebagian wanita dipercaya dapat mengurangi pertumbuhan selulite. Efektivitas dan kemanfaatannya masih perlu penelitian lebih lanjut.
  • Minum cukup air (8-10 gelas sehari) disebut-sebut sebagai pencegahan yang cukup efektif. Air secara umum dapat menjaga kelembaban dan elastisitas kulit.
  • Pola hidup sehat dan olahraga ringan secara teratur dikatakan sebagai salah satu cara mencegah kemunculan selulite. Upaya pencegahan lain adalah menghindari minuman yang mengandung soda, teh dan kopi.

PENGOBATAN
Pada umumnya pengobatan selulite belum memberikan hasil memuaskan. Hal ini bergantung banyak faktor. Tak jarang pengeluaran biaya besar berakhir dengan kekecewaan. Beberapa pilihan cara dan jenis pengobatan (selulite/striae*) yang layak dipertimbangkan, antara lain:

  • Tretinoin cream. Beberapa penelitian menyatakan bahwa krem ini membantu mengurangi timbulnya selulite. Tidak dianjurkan bagi wanita menyusui karena keamanannya masih belum pasti.
  • Alpha hydroxy acids (AHAs). Dipercaya dapat mengganti lapisan luar kulit yang rusak dengan kulit baru yang lebih sehat. Klaim lain menyatakan bahwa AHAs dapat membuat kulit lebih fleksibel, sehingga dapat membantu mengurangi timbulnya selulite.
  • Endermologie. Cara ini dikembangkan di Perancis menggunakan mesin khusus. Cara kerjanya adalah memperlancar aliran darah dengan massage.
  • Bedah Laser (Laser Surgery). Disebutkan bahwa metode ini cukup efektif pada selulite fase dini.
  • Mikro Dermabrasi (Micro-Dermabrasion). Upaya “meratakan” dengan cara ini adalah menghilangkan lapisan luar kulit, sel-sel kulit yang telah mati. Proses dermabrasi sudah barang tentu menyakitkan lantaran dilakukan tanpa anestesi (pembiusan).

Bagaimana dengan “sedot lemak” ? Tidak efektif. Prosedur kosmetik hanya untuk jangka pendek (FDA), mengingat efek jangka panjang tidak diketahui keamanannya.

Temuan lain seperti Trofolastin diduga cukup signifikan mengurangi kemungkinan munculnya selulite selama kehamilan. Pemakaian secara luas masih memerlukan peneltian lanjutan mengingat kandungan aktifnya.

Amat wajar bila para wanita (muda) gelisah saat mendapati ada buliran selulite di bagian tubuhnya. Tampilan je.
Bersyukurlah bagi para wanita yang tetap dikaruniai kulit halus bak porselin walapun sudah berbuntut dan berumur. Disisi lain, selulite bagi wanita yang mengalaminya bukan berarti kiamat. (apa iya?)

Akhirnya, langkah bijak penanganan selulite adalah berkonsultasi kepada ahlinya :D

P E S A N
Renungan bagi para pria.

Wanita tak selamanya harus singset, rapet dan padet. Tak selamanya harus mulus tanpa goresan dan noda. Kendati para para wanita akan mengupayakan tampilan aduhai, kesempurnaan fisik bukan segalanya.
Jika pasangan (wanita) suatu saat dihinggapi selulite di bagian tubuhnya, tak perlu mengungkit-ungkit masalah tersebut. Apalagi sampai tega membelalakkan mata ketika menatap bulir selulite di tubuhnya.

Selulite, ahhh

Catatan:
Mohon maaf, jika gambar di atas menampakkan aurat wanita. Bukan bermaksud mengeksploitir bagian tersebut, melainkan sebagai ilustrasi belaka.

(*) Walau tidak sama persis, pada bahasan ini penulis mencoba “menyamakan” selulite dengan “striae”, terutama terkait bagian tubuh yang terlibat dan klaim beragam “obat” yang ditawarkan. Selain melibatkan “timbunan lemak” dan jaringan ikat “bawah kulit” (subcutaneous), miripnya penampakan dan tatalaksana penanggulangannya, membuat penulis “menyamakannya”. Bukan bermaksud mengaburkan istilah. Mohon maaf (terutama) bagi kalangan medis. Semoga dapat dimaklumi.

Bacaan:

Artikel asli: di sini

Blogger dan Nyeri Otot

Kode ICD. 10 : M.79.1

Tulisan ini merupakan kelanjutan posting sebelumnya: Ngeblok jangan lupa jaga kondisi. Sebuah bahasan spesifik seputar gangguan otot terkait aktifitas blogging.

NgeblogSelain nge-Blog, para blogger memiliki aktifitas bermacam-macam. Bahwa blogging dijadikan sebagai selingan, pengisi waktu luang, bagian aktifitas utama bahkan sebagai aktifitas utama, semuanya terpulang kepada setiap individu.
Yang pasti nge-blog memerlukan waktu khusus. Artinya, duduk di depan komputer atau laptop, menulis dan seringkali berinteraksi. Interval dan lamanya waktu (durasi) untuk ngeblog juga bervariasi.

Nah, terkait dengan durasi ngeblog inilah kadangkala tanpa terasa menimbulkan keluhan nyeri otot, rasa pegal atau keluhan lain yang berhubungan dengannya. Terlebih jika sebelumnya menjalani aktifitas lain. Akumulasi berbagai aktifitas ditambah semangat ngeblog, bagi sebagian orang tak urung menimbulkan keluhan pada otot dan berbagai aksesnya.
Bagi sebagian yang lain, mungkin saja ngeblog justru sebagai refreshing untuk menghilangkan kepenatan setelah menjalani rutinitas sehari-hari. So, individual.
Ok, golongan ini bisa kita abaikan.

Penulis ingin mengajak berbagi seputar blogging dan keluhan nyeri otot (myalgia). Keluhan lain yang mungkin timbul di luar keluhan otot dan yang berhubungan dengannya, sementara tidak kita bahas.

POSISI NGEBLOK
Pada umumnya, ngeblog dilakukan dalam posisi duduk. Mungkin ada blogger lebih suka tengkurap sambil memelototi laptopnya. Apa ada posisi lain ?
Duduk lama dalam posisi tetap, dapat menimbulkan gangguan otot misalnya: otot punggung, otot leher atau sakit kepala lantaran ketegangan otot leher. Biasanya nyeri otot berlangsung sekitar 48 jam dan pulih dengan istirahat.
Selain itu, gangguan otot sehubungn dengan ngeblog disebabkan juga oleh akumulasi kelelahan, disadari maupun tidak.
Apakah ada kemungkinan sebab lain?
Ada. Kita tidak membahasnya pada postingan ini.

BENTUK GANGGUAN OTOT
Beberapa kemungkinan gangguan otot yang berhubungan dengan aktifitas ngeblog, antara lain:

  • Sakit kepala. Keluhan ini dimungkinkan lantaran memelototi layar dalam waktu lama. Tidak setiap blogger mengalaminya. Ada yang tahan tanpa keluhan apapun kendati ngeblog terus menerus selama 5 jam.
  • Kepala serasa melayang atau terasa hanyut. Kemungkinan disebabkan oleh kurangnya aliran darah ke otak karena gravitasi atau karena postural hypotension. Ada lho sedang enak-enaknya ngeblog kemudian berdiri tiba-tiba pandangan serasa gelap, kepala seolah ringan dan gloyoran (bhs jawa). Eit, jangan panik friends. Silahkan duduk kembali, santai sejenak, setelah pulih silahkan berdiri perlahan-lahan.
  • Kaku leher, nyeri otot leher atau kaku kuduk. Wajar aja lah, keasyikan ngeblog leher jadi kaku. Kadang merambat menjadi sakit kepala (tension headache)
  • Nyeri otot bahu, nyeri punggung. Tidak selalu nyeri, kadang hanya terasa kaku di bagian tersebut.
  • Kaku atau nyeri pinggang. Kaki juga bisa mengalami hal yang sama. Kelamaan duduk friends.
  • Kesemutan (bhs jawa: geringgingen, bhs banjar: katur-katur). Bisa juga kram. Ini mah masalah aliran darah yang kurang lancar. Sila regangkan bagian yang kesemutan, relaksasi, santai sejenak.

Harap diingat bahwa bentuk (manifestasi) gangguan otot di atas bisa diakibatkan oleh sebab lain. So, jangan dibalik. Artinya jika misalnya blogger mengalami sakit kepala, tidak lantas menuduh ngeblog sebagai satu-satunya tersangka.

T I P S
Dibawah ini adalah beberapa tips untuk menghindari gangguan otot bagi blogger:

  • Istirahat dan tidur cukup. Jangan lupa melakukan relaksasi, misalnya: tai-chi, yoga atau sejenisnya sesuai minat. Relaksasi dapat juga dengan cara berbaring santai selama beberapa jam untuk memberi kesempatan pemulihan pada otot.
  • Sempatkan olahraga ringan dan teratur. Jenis yang dianjurkan: bersepeda, jalan kaki, berenang (pakai bikini?) *halah*. Biasakan melakukan peregangan sebelum olahraga dan relaksasi setelahnya. Minum cairan dalam jumlah cukup (8-10 gelas), untuk mencegah kram karena kekurangan cairan (dehidrasi)
  • Jika diperlukan, bisa kompres air hangat atau pemijatan (massage) ringan di daerah yang kaku atau nyeri.
  • Peregangan setiap 1-2 jam diperlukan untuk mencegah nyeri otot, terutama jika blogger duduk lama dengan posisi tetap.
  • Pilih kursi dan posisi yang nyaman dan usahakan tulang belakang dalam posisi lurus. Bila perlu dapat memekai penyangga leher untuk santai barang sejenak.
  • Sesuaikan posisi layar dengan jarak dan sudut pandang senyaman mungkin. Jarak antara mata dan layar sangat relatif, bisa 50 cm, 60 cm bergantung pada kebiasaan dan lebar layar. Untuk sudut pandang, sebaiknya posisi lurus.
  • Atur sinar layar sedemikian rupa hingga tidak mengganggu mata, agar otot mata tidak cepat lelah.
  • Pemakaian filter dapat dipertimbangkan jika sinar layar dirasa kurang cukup memberikan kenyamanan.
  • Sesuaikan pula posisi keyboard dengan posisi tangan agar tidak mudah lelah.

Ada yang mau menambahkan ? Monggo.
Posisi ideal, silahkan lihat gambarnya: di sini

Edisi cetak, file PDF booklet 129 Kb, silahkan download di sini

Selamat ngeblog, semoga bermanfaat.

Topik Terkait:

Artikel asli: di sini

Flek Paru, apa iya ?

Beberapa tahun belakangan ini, hampir dimana-mana istilah Flek Paru mencuat kembali. Sudah terlalu banyak anak dengan keluhan batuk lama didakwa sebagai flek paru dan berlanjut pada pemberian obat TBC selama 6 bulan, 12 bulan hingga 2 tahun.
Saking takut dan nurutnya orang tua, atau mungkin karena minimnya informasi, atau merasa tidak ada jalan lain, maka para orang tua manut saja si anak dijejali obat TBC sekian lama, plus embel-embel keharusan minum obat bangun tidur pagi.

IDAI sudah memperingatkan hal ini, yakni kecenderungan dokter mendakwa flek paru. Beberapa dokter tak tahan menggugat mempertanyakan keabsahan diagnosa flek paru, termasuk beberapa orang tua ikut meragukannya.

Tak soal jika memang TBC.
Bagaimana jika ternyata bukan ? Bagaimana jika ternyata asma ? Bagaimana jika batuk lain yang bukan TBC ?
Lagi-lagi, informasi menjadi salah satu kata kunci untuk menjawabnya.

FAKTA BERBICARA
Sejak sekitar tahun 2000-an di daerah kami, kecamatan Palaran, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, perusahaan kayu lapis masih jaya-jayanya. Beberapa klinik Perusahaan menjadi ajang rebutan para dokter. Penulis nggak ikut-ikut kendati mereka (pihak perusahaan) melayangkan permohonan untuk menjadi dokter klinik perusahaan.

Saat itu ada kecenderungan, para dokter perusahaan menjalin “kerja sama” dengan dokter “tertentu”. Entah kebetulan atau booming, setiap anak dengan batuk lama dan pada pemeriksaan radiologis (rotgen) menunjukkan kesan: Bronkitis atau bronkopnemonia ditambah suspect (tidak menyingkirkan kemungkinan) TBC atau biasa disebut suspect spesifik, tak ayal si anak menuai hadiah diagnosa TBC dan disusul dengan pengobatan jangka panjang.
Tak peduli imunisasi lengkap, tak peduli si anak tak nampak sakit, tak peduli si anak lincah pencilakan, pokoknya ™ FLEK Paru dan minum obat jangka lama.
Tak hanya beberapa anak, tak hanya belasan anak, puluhan sodara-sodara !!!

Untungnya di kota kami hanya ada 1-2 dokter yang hobi mendiagnosa flek dengan pesan TIDAK BOLEH periksa ke dokter lain. *ahhhhh*
Di kota kelahiran penulis, Jember, ternyata sami mawon. Seorang anak tetangga yang menderita asma mulai kakek, dan ibunya, tak luput dari dakwaan flek dan sudah minum obat 18 bulan, masih juga batuk dan ngak-ngik saat malam tiba. (sekali nebus obat ratusan ribu)
Terpaksa penulis anjurkan untuk menghentikannya, ganti obat asma.
Dia tidak sendiri, dalam satu lingkungan, beberapa anak dengan batuk lama, rata-rata didakwa flek dan mendapatkan obat TBC.

Tetangga depan rumah di Palaran, kedatangan ponakan 2 balita dari Jakarta. Batuk lama, sembuh 2 minggu kumat lagi, kadang sembuh sebulan lalu batuk lagi sampai 1 minggu lebih. Keduanya membawa obat TBC. Keduanya juga didakwa menderita flek dan sudah minum obat setahun lebih.
Tante dan om-nya yang tetangga depan rumah, bertanya-tanya berobat setahun lebih koq masih botak-batuk, krak-krok, ngiklik.

R E L A S I
Beberapa kali penulis konsultasi dan mendiskusikan fenomena flek kepada seorang sejawat DSA di Surabaya, kakak ipar di Magelang yang juga DSA dan ahli paru di kota kami. Beliau-beliau hanya tertawa sambil mengatakan: “tidak semudah itu”. Dan tentu ada komentar serta pendapat yang kurang pantas dipublikasikan.

SIKAP ORANG TUA
Beragam ekspresi dan pertanyaan menggelayut di benak para orang tua ketika anaknya didakwa flek dengan keharusan minum obat selama 6 bulan.

  1. Pertama: orang tua bangga lega karena merasa sudah ketemu penyakitnya. Mereka rela membayar berapapun setiap bulan dan berapa lamapun berobat. Pada kelompok ini kadang ada sebagian pindah berobat ketika setelah pengobatan 2 tahun si anak tetap batuk-batuk.
  2. Kedua: orang tua terkejut, merasa tidak ada yang TBC di sekitarnya. Karena ingin sembuh, tetap nurut minum obat TBC selama 6 bulan. Ketika 6 bulan berlalu tetap batuk dan dikatakan belum sembuh tetap mau melanjutkan minum obat.
  3. Ketiga: orang tua setengah percaya setengah tidak percaya saat dikatakan flek dan harus minum obat TBC selama 6 bulan. Diam-diam mereka mencari second opinion untuk meyakinkan benar tidaknya si anak menderita flek (TBC).

URUN REMBUG

  1. Jika dakwaan tersebut menimpa anak atau kerabat , bagaimana sikap para pembaca?
  2. Apa saran pembaca terkait fenomena di atas ?

Semoga bermanfat

Topik Terkait:

Artikel asli: di sini

Keloid: benjolan kulit menggemaskan

Kode ICD. 10 : L91.0 : Keloid scar

Keloid di lenganPernahkah diantara pembaca melihat tonjolan kulit (keloid) bekas luka seperti gambar ? Mungkin mengalami sendiri, mungkin melihat keloid teman, kerabat atau orang lain. Keloid timbul karena bekas luka, bisa luka operasi, luka bakar, luka apapun termasuk bekas jerawat atau bekas bisul. Bayangkan jika keloid nampak di wajah atau tempat terbuka bagian tubuh lainnya. Belum lagi rasa gatal dan clekit-clekit yang ditimbulkannya. Menggemaskan.

PENGERTIAN
Keloid adalah benjolan padat di kulit (berwarna kecoklatan, kemerahan) yang merupakan pertumbuhan berlebihan jaringan fibrosa setelah penyembuhan luka. Benjolan ini (keloid) makin luas melebihi batas luka dan sering terasa gatal.

ANGKA KEJADIAN
Keloid lebih sering terjadi pada kulit gelap (berwarna) dibanding kulit putih. Persentase kejadian sama antara pria dan wanita. Lebih sering terjadi pada usia anak-anak dan dewasa muda (10-30 tahun).

FAKTOR PENYEBAB
Penyebab pasti masih menjadi perdebatan. Diduga karena adanya proses peradangan pada kulit, bisa akibat luka, jerawat atau berbagai sebab yang menimbulkan peradangan.
Faktor-faktor yang berperan terhadap terjadinya keloid, antara lain:

  • Faktor keturunan dan ras. Kulit gelap (berwarna) lebih sering dibanding kulit putih.
  • Umur. Lebih sering terjadi pada usia muda.
  • Jenis dan lokasi trauma (luka). Keloid lebih sering terjadi pada peradangan yang lama sembuh. Dan lebih mudah terjadi pada daerah dengan regangan kulit yang tinggi, misalnya: dada, bahu, leher, kepala dan tungkai.

TANDA-TANDA
Benjolan keras, tidak teratur, berbatas jelas, menonjol, berwarna kecoklatan, kemerahan. Awalnya kenyal seperti karet, licin dan acapkali terasa gatal. Lama kelamaan benjolan tersebut mengeras dan tidak terasa apa-apa.

PENGOBATAN
Berbagai cara pengobatan dapat dilakukan untuk meratakan tonjolan keloid, antara lain:

  • Injeksi kortikosteroid (triamcinolone acetonide) intralesi (injeksi langsung pada permukaan keloid).
  • Pembedahan. Cara ini justru menimbulkan keloid baru yang lebih luas dari sebelumnya. Ada sementara pendapat yang menyatakan bahwa pembedahan disertai perban tekan dan injeksi steroid intralesi memberikan hasil baik.
  • Penekanan. Yakni penekanan dengan bahan berpori-pori sepanjang hari selama 12-24 bulan. Dapat juga menggunakan plester Haelan (mengandung flurandrenolone).
  • Bedah beku (cryotherapy) menggunakan nitrogen cair. Lebih efektif jika dikombinasi dengan injeksi kortikosteroid intralesi.
  • Laser karbondioksida.

Menurut penulis, pilihan terbaik adalah dengan injeksi langsung menyusur permukaan keloid dengan kortikosteroid (triamcinolone acetonide) setidaknya 1-4 minggu sekali hingga tonjolan keloid menjadi rata.

Untuk keloid yang besar, injeksi dapat dilakukan berulangkali (ada yang sampai belasan kali) hingga rata. Itupun masih ada kemungkinan pertumbuhan pada jaringan kecil yang sebelumnya tidak terinjeksi.

Untuk keloid kecil pada umumnya bisa rata setelah injeksi kortikosteroid 3-5 kali.
Injeksi terbaik adalah dengan jarum (needle) no.27G menyusur permukaan keloid. Pastikan keloid berwarna putih agak menggelembung karena masuknya obat. Sekali lagi menyusuri permukaan, bukan injeksi dalam menusuk keloid. Injeksi menusuk ke dalam keloid seringkali menuai kegagalan. Mengapa ? Mungkin terkait dengan jaringan keloid yang secara histopatologis menunjukkan pola seluler.
Injeksi kortikosteroid tidak bisa diberikan pada keloid yang luas, miaslnya karena luka bakar. Pada kasus demikian dapat dipertimbangkan pengobatan cara lain.

Perlu diketahui, bekas keloid tidak lantas hilang, meski sudah dapat diratakan.
Pada kasus yang melibatkan wajah (keloid di wajah), seyogyanya berkonsultasi kepada ahli kulit atau ahli bedah plastik agar didapatkan hasil optimal.

Semoga bermanfaat

Edisi baca: file PDF 111 Kb download di sini

Bacaan:

Artikel asli: di sini

Hubungan intim tak selalu menyenangkan

EDISI PENDEK

Kehidupan seksual bak tertutup awan kelabu ketika hubungan intim tak seperti harapan. Bayangan kenikmatan sarat ungkapan kasih, pupus sudah manakala keindahan berubah hampa, gairahpun memudar. Tak heran, pernik hubungan intim di balik kelambu bagai menguak sebuah misteri.

Tulisan ini dilandasi dengan kenyataan adanya keluhan beberapa wanita, terkait ketidak nyamanan hubungan intim dengan pasangannya.

P r o l o g
Ketika mendengar “ hubungan intim “, pada umumnya terbayang sebuah episode sarat cinta, kasih sayang, belaian, ungkapan mesra dan kepuasan lahir batin.
Siapa sangka, sebuah penelitian The Journal of the American Medical Association menunjukkan bahwa 50% wanita tidak mendapatkan kenikmatan dalam hubungan intim. Mereka merasa tidak nyaman bahkan mengalami keterpaksaan. Harapan mendapatkan kebahagian sexual sirna, pupus sudah bayang-bayang kepuasan. Sebagian diantaranya menuai rasa nyeri tak terperi.

Mestinya, para wanita merasakan kepuasan batin yang berbuah meningkatnya gairah dalam aktifitas kesehariannya, ketika mereka dapat menikmati hubungan intim yang sehat. Apa hendak dikata, asa nan membumbung berakhir mengecewakan. Bagi para wanita yang mempunyai masalah seksual, hubungan intim bukan lagi dambaan. Sebaliknya, hubungan intim justru menjadi momok menakutkan.

Kalaupun mereka melakukannya, tak lebih sebagai kewajiban. Atau lebih parah, sebagai simbol kepatuhan belaka. Bak sebuah misteri, mengapa bisa terjadi ?

Keluhan Tak Nyaman Hubungan Intim
Berikut ini adalah bermacam-macam ketidaknyamanan dalam hubungan intim:

  1. Sexual Aversion Disorder. Hubungan intim tidak lagi menyenangkan. Sexual aversion disorder, membuat wanita tidak suka melakukan hubungan intim. Masalah ini timbul akibat trauma masa lalu, kekerasan seksual atau kekerasan fisik yang lama, sehingga keinginan berhubungan intim sirna. Kendati tidak mudah, memulai dari awal aktifitas hubungan intim akan membantu mengurangi sedikit demi sedikit masalah sexual aversion disorder.
  2. Sexual Arousal Disorder. Dalam keadaan normal, vagina mengeluarkan cairan (lubrikasi) saat menerima rangsangan seksual. Pada gangguan jenis ini, lubrikasi tidak berjalan semestinya. Artinya, upaya membangkitkan gairah seksual tidak diikuti dengan keluarnya cairan pelicin dari vagina, akibatnya saat penetrasi terasa perih. Gangguan ini disebabkan oleh masalah fisik (gangguan hormonal) dan masalah psikis (trauma, stres, kekecewaan). Bisa pula karena foreplay yang kurang memadai. Disamping itu, beban atau keinginan segera hamil dan punya anak, kadang tanpa disadari mengabaikan proses hubungan intim. Perasaan “wajib” hamil, memaksa dirinya berhubungan intim tanpa disertai libido.
  3. Hypo-active Sexual Desire Disorder. Adakalanya, wanita malas berhubungan intim. Tidak bergairah. Wajar jika terjadi pada waktu tertentu. Ketika tiadanya gairah seksual berlangsung lama dan sering, patut mendapatkan perhatian. Penyebabnya sama dengan gangguan seksual pada umumnya, yakni gangguan fisik, psikis dan hormonal, misalnya: premenopause, menopause. Gangguan lain sebagai penyebab menurunnya gairah seksual dapat juga terjadi manakala hubungan intim hanya sebagai rutinitas dan sekedar memenuhi kewajiban belaka.
  4. Sexual Pain Disorder. ( Lihat tulisan sebelumnya ) di sini. Rasa sakit atau nyeri saat berhubungan intim. Terbagi menjadi 2, yakni: Dyspareunia dan Vaginismus.
  5. Orgasmic Disorder. Lazimnya, hubungan intim yang sehat diakhiri dengan orgasme. Akan tetapi tidak semua wanita mengalaminya. Sebagian wanita dapat mencapai orgasme, adakalanya orgasme berulang, sebagian lainnya mengalami orgasme tertunda dan sebagian diantaranya bahkan TIDAK pernah merasakan orgasme. Beberapa faktor penyebab gangguan orgasme antara lain adalah: kurangnya pengetahuan, faktor psikologis ( misalnya: kecemasan, trauma hubungan intim sebelumnya dan sebagainya ).

Apapun jenis dan penyebab gangguan seputar hubungan intim, langkah bijak adalah membicarakan masalah di atas dengan pasangan masing-masing. Bahwa masalah seksual berhubungan dengan faktor fisik dan atau psikis, sebaiknya berkonsultasi kepada dokter atau psikolog.

Komunikasi (mudah diucapkan, sulit dilakukan)
Salah satu kata kunci kesuksesan hubungan intim adalah komunikasi. Setiap pasangan memiliki cara dan gaya dalam komunikasi. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Pengetahuan seksual pranikah, tingkat pendidikan, kultur, kebiasaan personal, kondisi fisik, kondisi kejiwaan, lingkungan, sedikit banyak ikut berperan dalam komunikasi setiap pasangan. Kegagalan hubungan intim karena tidak terjalinnya komunikasi, bukan melulu persoalan pasangan muda. Hal ini dapat juga dialami oleh pasangan yang sudah berjalan bertahun-tahun. Sekali lagi banyak faktor yang mempengaruhinya.

E p i l o g
Akhirnya, memelihara kualitas hubungan intim berdasarkan kesepakatan setiap pasangan yang dilandasi saling pengertian dan respek pasangan pria-wanita, sangat diperlukan sebagai upaya mencapai dan mempertahankan hubungan intim yang sehat.

Semoga bermanfaat.

Edisi baca, file PDF 103 Kb: download di sini

CATATAN:
Penulis bukan konsultan seks. Apabila kebetulan mempunyai teman atau kerabat dengan masalah seksual sebaiknya konsultasi kepada Psikolog atau dokter ahli di daerah masing-masing.

Topik terkait: Frigiditas: by calonorangtenarsedunia

Bacaan:

  1. The Family Practice Handbook, 3 ed.
  2. Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan Obstetri, edisi 2.

Samarinda, April 2007
cakmoki

artikel asli: di sini


Dyspareunia: nyeri saat hubungan sexual

Sekedar selingan: Nyeri saat hubungan sexual

Di kalangan wanita, khususnya daerah pedesaan, sebagian wanita menganggap bahwa rasa nyeri saat berhubungan seksual dihubungkan dengan pengantin baru. Terbayang rasa sakit dan tetesan darah ketika berlangsung ritual “mecah duren“.

Hahhh, “mecah duren” ? Iya, istilah ini pemulis dapatkan dari kalangan lelaki. Artinya membelah durian. Bisa dibayangkan kan? Diperlukan upaya keras dan cucuran keringat *halah* untuk memecah durian. Kesulitan rudal or pangeran kecil™ menembus selaput dara (hymen) inilah mungkin yang mendasari pandangan tersebut. Tentu anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Jika dilakukan dengan lembut penuh kesabaran, rasa sakit saat acara “mecah duren” dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Maksudnya “gak sakit kang”. Mak nyusss. Ehm

Berbeda jika lelaki terburu-buru seperti dikejar hansip, maka pelumasan (lubrikasi) vagina tidak optimal, area pacu kurang licin, akibatnya ya sakit.
Makanya, ibarat naik sepeda motor, panasi dulu biar jreng.
Jangan tertawa dong.
Penulis sering mendapati keluhan seperti ini. Masih ingat tho, penulis tinggal di pinggiran kota, sekitar 20 km dari pusat kota Samarinda. Walaupun upaya penyuluhan pra nikah sudah dilakukan, tak mudah dalam aplikasi saat pergulatan di ranjang terjadi.

Nyeri saat berhubungan intim (sexual pain disorder) bisa terjadi pada wanita manapun. Yang sudah bertahun-tahun menikahpun dapat mengalami nyeri saat berhubungan intim. Lho koq bisa ? Ya iya lah, kalau main sruduk tanpa foreplay yang memadai, wanita akan merasa kesakitan.

Pembagian:

  1. Dyspareunia. Kode ICD.10: (N94.1) Dyspareunia . Sakit (pada kemaluan) yang dirasakan saat sebelum, selama dan sesudah berhubungan intim. Alih-alih merasakan kenikmatan, justru menurunkan gairah. Penyebabnya bermacam-macam, diantaranya: gangguan fisik secara umum, gangguan hormonal, kurangnya pelumas vagina, infeksi vagina, dan gangguan lain pada vagina.
  2. Vaginismus. Kode ICD.10: (N94.2) Vaginismus. Rasa sakit akibat ketegangan otot-otot vagina ketika berhubungan intim. Biasanya karena takut, trauma masa lalu dan faktor psikologis lainnya.

Pangeran Kecil ™ ukuran jumbo alias XL kadang menimbulkan rasa takut. Misalnya, saat melihatnya, wanita berpikir: ” ihhh, bisa masuk enggak ya … “. Perasaan seperti ini adakalanya menyebabkan otot-otot vagina mengalami ketegangan.

J o k e:
Seorang suami siap bertempur dengan istri tercinta pada malam pengantin baru. Ketika masuk kamar pengantin nan harum wewangian, si suami bertelanjang dada hanya memakai celana kolor. Pengantin wanita senyum-senyum membayangkan belaian lembut dan nikmatnya melayang ke awang-awang.
Saat melihat kolor suami tercinta dan bayang-bayang pangeran kecil ™ si istri mendadak menjerit panjang lalu pingsan, auwwww.
Tak urang seisi rumah kaget mendapati pengantin wanita tergeletak masih mengenakan daster. Segala minyak harum maupun pedas ditempelkan di depan hidung agar pengantin wanita siuman.
Usut punya usut, ternyata di depan kolor pengantin pria tertulis banner 10 Kg ™.

Ok, sekian selingan seputar “NYERI SAAT BERHUBUNGAN INTIM”. Tulisan pendek ini sebagai pemanasan untuk postingan berikutnya, sekaligus dilengkapi dengan format PDF, yakni: Sex tak selalu nikmat.

Dyspareunia, tidak melulu milik kaum hawa. Lelaki bisa mengalami dyspareunia, misalnya: tidak khitan, penyakit-penyakit pada pangeran kecil ™.

catatan kecil:
Bagi pangeran kecil™ yang sudah terlanjur berukuran jumbo, tak perlu risau. Begitu juga yang berukuran S, tenang man, yang penting kelincahannya :lol:

Topik Terkait:

Artkel asli: di sini