08 Januari 2008

Disfungsi Ereksi: Pangeran Kecil Malas Berdiri

Kode ICD. 10 : N.48.4

SAATNYA MEMBEDAH JEROAN LELAKI.

edisi pendek:

P R O L O G
Disfungsi Ereksi atau erectile dysfunction adalah disfungsi sexual (sexual dysfunction) yang ditandai dengan ketidak mampuan atau mempertahankan ereksi pada pria untuk mencapai kebutuhan seksual dirinya sendiri maupun pasangannya.

Stop: dimohon dengan sangat para wanita untuk tidak menahan tawa. Eh, boleh ding ! :P
Puwasss, puwasss

Pada umumnya (ssst, tidak semua) kemampuan ereksi berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Yang dimaksud “kemampuan”, meliputi: lamanya waktu yang diperlukan untuk bisa ereksi, lebih banyaknya stimulasi (rangsangan) langsung untuk ereksi, kurang mantapnya (kurang keras) ereksi, kurang bisa mencapai puncak orgasme, sedikitnya jumlah ejakulasi, lebih lamanya waktu tenggat antar ereksi (waktu yang diperlukan dari ereksi pertama ke ereksi berikutnya lebih lama).
Seperti guyonan lama: bayangan hidup, pandangan hidup, pegangan hidup, kenangan hidup, harapan hidup. Dan … malas hidup, berat … berat.

G E J A L A
Pada disfungsi ereksi, tanda-tandanya adalah sebagai berikut:

  • Tidak mampu ereksi sama sekali atau tidak mampu mempertahankan ereksi secara berulang ( paling tidak selama 3 bulan )
  • Tidak mampu mencapai ereksi yang konsisten
  • Ereksi hanya sesaat ( dalam referensi tidak disebutkan lamanya )

Diakui ataupun tidak, disfungsi ereksi membuat lelaki seperti tak berdaya. Bisik-bisik antar pria seputar “rudal”, tak pelak menjadi bahan pembicaraan menarik dimanapun, dikantor, di kafe, di dunia maya, dimana-mana. Mitospun berhamburan sebagai bumbu penyedap kala berbicara “kegagahan” sang rudal.
Bagaimana rumpian rudal di kalangan wanita ? Hiyyy, jijay, tutup wajah buka jari. Ehm

FAKTOR PENYEBAB
Penyebab organik (kelainan organ), yakni:

  • Berkurangnya aliran darah ke penis, misalnya: penyakit vaskuler, gangguan hormonal, pasca operasi prostat, dan lain-lain.
  • Kerusakan saraf yang disebabkan penyakit lain, misalnya: diabetes.

Faktor psikologis (ICD.10: F 52.2), antara lain: stress, kecemasan, depresi, rasa letih, perselisihan, sakit hati, rasa bersalah, paranoid dan sejenisnya.

Selain itu, disfungsi ereksi berhubungan dengan beberapa faktor resiko diantaranya: hipertensi, diabetes, usia di atas 40 tahun, penyakit kardiovaskuler, kerusakan saraf tulang belakang (spinal cord), merokok, rendahnya kadar testosteron, penyakit pada penis (contoh: cedera penis), obat-obatan tertentu, alkohol, radiotherapy dan lain-lain.

Schrader S, dkk (2002) menyebutkan adanya hubungan bersepeda dengan Disfungsi Ereksi karena tekanan sadel sepeda pada penis. Hiks, kesemutan :lol:

TERJADINYA DISFUNGSI EREKSI
Ereksi terjadi melalui 2 mekanisme.
Pertama, adalah refleks ereksi oleh sentuhan pada penis (ujung, batang dan sekitarnya).
Kedua, ereksi psikogenik karena rangsangan erotis.
Keduanya menstimulir sekresi nitric oxide yang memicu relaksasi otot polos batang penis (corpora cavernosa), sehingga aliran darah ke area tersebut meningkat dan terjadilah ereksi. Disamping itu, produksi testosteron (dari testis) yang memadai dan fungsi hipofise (pituitary gland) yang bagus, diperlukan untuk ereksi.

Dus, disfungsi ereksi berhubungan erat dengan faktor: hormonal, sistem saraf, aliran darah dan psikologis. Gangguan pada salah satu atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi.

DIAGNOSA
Tidak ada (belum) cara khusus untuk menegakkan diagnosa disfungsi ereksi. Pemeriksaan darah lebih diarahkan untuk mengetahui penyakit lain yang diduga berhubungan dengan disfungsi ereksi, misalnya: diabetes.
Kondisi lain yang berhubungan dengan disfungsi ereksi, antara lain: kesehatan yang buruk, kurang gizi, obesitas (terlalu gemuk), penyakit kardiovasukler.

  • Wawancara mendalam dan pengakuan jujur penderita sangat membantu menegakkan diagnosa disfungsi ereksi sekaligus menentukan langkah-langkah penatalaksanaannya.
  • Pemeriksaan fisik, terutama organ reproduksi pria dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya kelainan organik.
  • Pemeriksaan penunjang

PENGOBATAN
Jenis dan cara pengobatan bergantung kepada penyebab primernya. Selain itu ditujukan pula untuk memperbaiki fungsi ereksi. Tak jarang kasus disfungsi ereksi tidak memerlukan obat, terutama pada kasus disfungsi ereksi karena faktor psikologis. Selain itu, peran pasangan sangat penting untuk membantu pemulihan disfungsi ereksi.

Obat-obat yang sering dipakai, antara lain: Phosphodiesterase inhibitor (PDE), misalnya: sildenafil. Obat ini tidak boleh digunakan lebih satu kali dalam sehari. Digunakan sebagai pilihan pertama tanpa memandang penyebabnya, karena efektif bagi sebagian besar penderita disfungsi ereksi.

Cara lain adalah:

  • Vacuum constriction. (yang ini rumit deh), Pembedahan, dilakukan untuk memperbaiki pembuluh darah penis (revaskularisasi).
  • Penis tiruan (protesis penis), merupakan pilihan terakhir jika semua upaya tidak memberikan hasil yang memadai.
  • Dan lain-lain

Obat-obat di atas digunakan hanya atas petunjuk dokter, mengingat efek samping yang tidak diinginkan.

A N J U R A N

  • Hindari obat-obat dan gaya hidup pencetus disfungsi ereksi, misalnya minuman alkohol berlebihan dan sejenisnya
  • Rileks. Di beberapa pusat kebugaran menyediakan metode relaksasi.
  • Olahraga teratur sesuai kemampuan dan cukup istirahat
  • Dukungan dan toleransi pasangan diperlukan untuk pemulihan disfungsi ereksi
  • Komunikasi penuh kasih dengan pasangan
  • Konsultasi kepada psikolog jika penyebabnya faktor psikologis
  • Konsultasi kepada dokter khususnya dokter ahli andrologi (jika ada)

Adakalanya sang pangeran kecil malas berdiri, tidak serta merta disfungsi ereksi. Jika hanya insidental, tak usah terlalu risau. Seperti halnya koneksi internet, kadang si kecil mode lemot. So, tetap optimis man !!!

Pertanyaan untuk wanita:

  1. Jika pasangan (kini atau kelak) mengalami disfungsi ereksi, apa yang akan dilakukan?
  2. Benarkah wanita (umumnya) mode menunggu jika menginginkan hubungan seksual ? Atau pertanyaannya begini: Apakah wanita merasa berhak dan bersedia mengawali “pertempuran” dengan (kalau perlu) membangunkan pangeran kecil (baca:penis) pasangannya ?

Terkait topik ini, enaknya minta pendapat wanita. Ada usul “pertanyaan untuk lelaki” ? Saran juga boleh. Monggo :P
Jika merasa malu berpendapat padahal ingin, sebaiknya pakai nickname or anonym agar dapat berinteraksi.

UPDATE

Pertanyaan untuk pria dari seorang wanita:

Jika kebetulan pangeran kecil™ malas ereksi, apakah pria berkata jujur kepada pasangannya ataukah diam-diam menggunakan obat kuat ?

SEMOGA BERMANFAAT

Topik terkait:
ED wikipedia
ED BBC News
ED Mayo clinic
ED emedicine

Edisi lengkap silahkan download file PDF 162 Kb: Disfungsi Ereksi

Kolaborasi Office online, sila klik Disfungsi Ereksi zoho online

Artikel asli sudah upload di wordpress, silahkan baca diskusinya: di sini


Menghitung Jerawat di depan cermin

Kode ICD.10 : L.70.0 : acne vulgaris

Jerawat muncul cermin dibelah. Yang jerawatan ngacung * halahhh* :)
Entah kenapa, ketika akne menghampiri wajah, seolah ada magnet membawa kita ke depan cermin (menikmati indahnya akne sambil senyum?). Tak jarang, tanganpun seakan dada yang menuntun mengelus si akne, sebelll, kadang malah memencetnya. Alamak.
Sekedar mengingatkan (bukan nakut-nakuti lho), memencet akne dapat menyisakan jaringan parut (sikatrik) bahkan dapat menimbulkan keloid (bagi yang berbakat keloid)

ACNE VULGARIS

PENGERTIAN
Akne atau jerawat adalah peradangan kronis folikel sebasea, ditandai dengan adanya komedo yang timbul karena penyumbatan saluran folikel rambut (oleh sekresi sel kulit yang mati dan sebum).

Pada umumnya muncul di wajah, leher, dada, punggung dan lengan bagian atas.
terjadi (kebanyakan) pada masa puber (wanita: 14-19 tahun dan pria: 20-30 tahun). Adakalanya akne nongol lagi saat menjelang menopause. Pada kondisi tertentu akne juga dapat muncul, misalnya jika kurang tidur. Seperti penulis yang notabene baru 22 ™ *lebih* ehm-ehm, kadang kebagian akne, terutama di sekitar hidung, jika melekan dan banyak kerjaan. (faktor emosional seperti keinginan segera menyelesaikan pekerjaan ikut berperan timbulnya akne).

P E N Y E B A B
Penyebab pasti tidak diketahui. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya akne, antara lain:

  • Faktor emosi dan stress
  • Faktor keturunan
  • Faktor cuaca (musim)
  • Pengaruh makanan (masih diperdebatkan oleh para ahli)
  • Menstruasi (diperkirakan sekitar 70% wanita mengalami kemunculan kembali akne-nya 2-7 hari sebelum menstruasi)
  • Obat-obatan: misalnya: steroid.
  • Kosmetika. Pada orang tertentu, bahan-bahan tertentu pada krem dasar, pelembab, krem tabir surya dapat menyebabkan timbulnya akne.

TERJADINYA AKNE
Ditengarai ada 4 hal yang berkaitan dengan terjadinya akne, yakni:

  • Adanya kenaikan ekskresi sebum (cairan berminyak)
  • Hiperkeratinisasi (pengerasan jaringan kulit) pada saluran sebasea
  • Pertumbuhan bakteri Propinibacterium acnes
  • Peradangan oleh faktor-faktor protease (enzim proteolitik)

G E J A L A
Hampir semua orang tahu jerawat hanya dengan melihat. Awalnya adalah komedo, yakni sumbatan pada folikel rambut yang melebar, seringkali mengandung bakteri Propinibacterium acnes. Jika ada peradangan, maka nampak bintik (benjolan kecil) berisi nanah. Peradangan menimbulkan rasa gatal, nyeri dan jika pecah keluar nanah atau gumpalan lembut berwarna putih.

Pengelompokan akne ( Plewig & Kligman):

  1. Akne komedonal, yakni komedo terbuka ataupun tertutup
  2. Akne papulopustular, yakni campuran antara komedo dan peradangan
  3. Akne konglobata, yakni akne dengan peradangan yeng lebih berat

Akne tak perlu pemeriksaan laboratorium. (buang biaya)

PENGOBATAN
Prinsip pengobatan adalah mengurangi kemungkinan berulangnya akne dan mencegah timbulnya jaringat parut (sikatrik). Bukan parut untuk marut kelapa seperti bahasa jawa.

1. Akne komedonal
Cukup diberikan obat luar (topikal) untuk pengelupasan kulit.

  • Asam tretinoat 0,05% cream atau jelly dioleskan 2 kali sehari
  • Benzoil peroksida gel 2,5-5%
  • Asam salisilat 0,5-2 % cair.
  • Komedo terbuka dapat dilakukan pengambilan (ekstraksi) komedo.

2. Akne papulopustular
Ringan:
Diberikan kombinasi antara pengelupas kulit *keratolitik* (misalnya: Benzoil peroksida, tretinoin dan asam salisilat) dan antibiotika topikal (misalnya: klindamisin 15, eritromisin 2 %, dan lain-lain)

Berat:
Diberikan :
Obat pengelupas kulit (keratolitik)
Antibiotika oral (diminum):

  • Tetrasiklin 4×250 mg atau 2×500 mg per hari. Dosis tersebut diturunkan jika ada perbaikan dengan dosis maintenance 250-500 mg per hari.
  • Eritromisin (dosis dan cara sama dengan di atas)
  • Klindamisin 2×150 mg per hari

3. Akne konglobata
Pengobatan sama dengan akne papulopustular berat, ditambah kortikosteroid oral jangka pendek, misalnya prednison 10 mg per hari selama 2-3 minggu.
untuk mengurangi resiko timbulnya jaringan parut (sikatrik) dapat dilakukan dermabrasi (meratakan kulit dengan peralatan khusus).

ANJURAN
Untuk yang sedang dihampiri akne:

  • Jangan keliru, jerawat bukan berarti tidak menjaga kebersihan (lihat faktor-faktor penyebab timbulnya akne)
  • Biasakan mencuci muka (cukup dengan sabun)
  • Usahakan rambut tidak menutupi bagian wajah, karena jika kebetulan ada kotoran dapat memperburuk pori-pori yang tersumbat.
  • Sabar *enak aja* , pengobatan memerlukan waktu agak lama, sekitar 1-2 minggu, bisa lebih.
  • Jangan biasakan memencet jerawat, karena beresiko membekas (jaringan parut)
  • Usahakan menghindari keringat berlebihan
  • Gizi seimbang untuk menjaga kesehatan kulit
  • Usahakan memakai bahan kosmetik berbahan dasar air ( tanya Bu Lita, beliau sudah pernah menulis seputar pelembab)
  • Tetap enjoy, rileks.

SEMOGA BERMANFAAT
Untuk yang sedang berjuang melawan akne, semoga segera mulus kembali.

Bacaan:

  • Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, FKUI, edisi 4, 2005.
  • PDT UPF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD dr. Soetomo, Surabaya

Istilah terkait:

Keloid adalah bejolan yang terbentuk akibat pertumbuhan berlebihan jaringan kolagen. Mungkin suatu saat akan kita bahas. * moga gak lupa *

Sebum adalah sekret (cairan) sebasea berminyak yang terdiri dari lemak dan pengelupasan lapisan luar kulit.

Folikel rambut adalah rongga seperti kantong yang membungkus rambut

Komedo adalah sumbatan sebum di dalam folikel rambut yang melebar dan dapat berisi bakteri Propinibacterium acnes, Staphylococcus albus dan Pytorosporo ovale. Komedo dibagi 2, yakni:

  1. Komedo tertutup: yakni komedo yang ujungnya tidak terbuka lebar, dapat pecah dan menimbulkan peradangan.
  2. Komedo terbuka: yakni komedo kehitaman, nampak seperti pigmen di permukaan kulit.

Download artikel PDF 74 Kb: di sini

Kolaborasi Office online sila lihat zoho writer

Artikel ini sudah diupload di wordpress, silahkan baca: di sini


ISK: kencing menetes, air matapun berlinang

Rencana tayang jam 07.00 wita gagal, akhirnya mundur hingga sore akibat listrik mati mulai pagi sampai jam 17.40 wita.
Kode ICD.10: N.39.0 (mohon koreksi)

Cuplikan episode di ruang praktek:

Episode 1:
Seorang pria masuk ruang praktek dengan wajah meringis menahan sakit, memegangi perut bagian samping sambil merintih. Kerabatnya memapah lalu membantunya naik ke tempat tidur periksa.

Menurut penuturan sang istri, sebelum ini suaminya mengeluh anyang-anyangen (bhs jawa, artinya: kencing sedikit-sedikit dan sering) disertai rasa nyeri saat kencing (dysuri) terutama pada akhir kencing. Kencing serasa tidak tuntas, dikencing-kencingkan tetap terasa ada sisa. Awalnya tidak begitu dirasakan, lantaran dianggap biasa, hanya diikat karet pada jempol kakinya. (kabar dari tetangga)


Sedang enak-enaknya nonton TV, tiba-tiba perut terasa sakit luar biasa hingga serasa tembus ke pinggang. Kencing tidak lancar, sedikit-sedikit mau kencing dan nyeri. Keringat dingin bercucuran, air mata ikut meleleh saking sakitnya.

Episode 1:
Seorang wanita dipapah 2 orang kerabatnya sembari memegang erat perutnya. Badan agak terbongkok, pucat, wajah memelas menahan sakit, seakan berkata: “cepat tolongin dong !”.

Menurut penuturannya: perut terasa kaku dan nyeri, makin lama makin nyeri serasa tembus, disertai anyang-anyangen (bhs jawa, artinya: kencing sedikit-sedikit dan sering). Pokoknya ™ nyeri sekali, sulit digambarkan saking nyerinya. Tak ayal, keringat dingin keluar, air matapun berlinang. Duhhhh
Kencing tidak lancar, kadang nyeri, kadang tidak.

Ilustrasi di atas dialami oleh seseorang saat menderita: Infeksi Saluran Kemih (ISK). Pada umumnya orang awam mengidentifikasi sebagai penyakit Ginjal. Nggak salah-salah amat sih, hanya perlu sedikit pelurusan.

Masa sih segitu menderitanya ? Jawabannya beragam. Ada yang tidak sesakit gambaran di atas, ada pula yang mirip-mirip episode di atas. Konon nyerinya seperti saat melahirkan. Ada lho yang sampai terguling-guling, merangkak menahan rasa nyeri alang kepalang.

Tindakan awal
menghadapi kondisi seperti di atas, diperlukan tindakan cepat dan kepekaan klinis seorang dokter.
Jika yakin infeksi saluran kencing (kemih) berdasarkan wawancara dan pemeriksaan fisik, maka tindakan awal adalah menanggulangi penderitaan pasien dengan injeksi analgetik (pereda nyeri) dan antispasmodik (mengurangi ketegangan otot polos, misalnya: saluran kencing, saluran cerna)
Bukannya periksa laboratorium, rontgen atau USG ? Ho-oh, itu nantilah, kelamaan, pasien sudah meringis kesakitan nih.

Nah, barulah setelah rasa nyeri berkurang dapat dilanjutkan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, rontgen atau USG, jika diperlukan.

Maaf, prolognya kepanjangan, bagi yang mau skip silahkan download artikel ISK format pdf di bagian akhir, atau silahkan baca offline.

INFEKSI SALURAN KEMIH ( ISK )

PENGERTIAN
Infeksi Saluran Kemih adalah adanya infeksi oleh mikro-organisme dalam saluran kemih. Mikro-organisme sebagai penyebab ISK kebanyakan bakteri aerob. Selain itu ISK dapat disebabkan oleh virus dan jamur.

ISK tidak pandang bulu, dapat menimpa semua umur, pria maupun wanita. Angka kesakitan pada wanita lebih banyak dibanding pria. Proporsinya variatif, tidak ada angka pasti yang menyatakan perbandingan antara wanita dan pria selain disebutkan bahwa wanita lebih banyak menderita ISK daripada pria.
Hal ini dapat dipahami mengingat saluran kencing wanita bagian bawah dihuni bakteri yang makin kurang jumlahnya ke arah kandung kemih.

David S Howes, MD (University of Chicago, 2005) memperkirakan sekitar 20% wanita mengalami masalah saluran kemih selama hidupnya.

Keberhasilan penatalaksanaan ISK bergantung kepada pemeriksaan dini para penderita, penilaian laboratorium, ketepatan pemilihan jenis antimikroba (termasuk dosis dan lama pemberian), faktor kondisi penderita dan follow up selama masa pengobatan.

Kendati ISK disyaratkan adanya bakteri dalam urine dalam jumlah bermakna, tidak menutup kemungkinan tanpa bakteri dalam urine. Hal ini dapat terjadi pada keadaan sebagai berikut:

  • Tempat infeksi tidak dilalui urine sehingga bakteri tidak ditemukan dalam urine
  • Adanya bendungan pada saluran yang terinfeksi
  • Pemberian antibiotika, sehingga bakteri dalam urine tersamarkan.

Kondisi lain yang patut diperhatikan dan beberapa istilah yang juga digunakan dalam klinik antara lain:

  • Asymptomatik Significant Bacteriuria, yakni ISK dengan bakteri dalam urine bermakna tanpa disertai gejala.
  • Bacterial cystitis, yakni suatu kumpulan gejala yang terdiri dari: sakit waktu kencing dan sering kencing.
  • Abacterial cystitis (urethra syndrome), yakni suatu kumpulan gejala yang terdiri dari: sakit waktu kencing dan sering kencing tanpa disertai bakteri dalam kandung kemih.

PENYEBAB
Mikro-organisme terbanyak sebagai penyebab ISK adalah Escherichia coli sebanyak 50-90%, lalu berturut-turut disusul Klebsiella atau Enterobacter, Proteus, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus epidermidis, Enterococci, Candida albicans dan Staphylococcus aureus. ( L. Barth Ruller )

Adapun jenis virus yang dapat menyebabkan ISK adalah Adenivirus (diduga sebagai penyebab infeksi kandung kemih)

PERJALANAN PENYAKIT
Bagaimana mikro-organisme masuk ke saluran kencing hingga menimbulkan infeksi ? Kadang penderita ISK merasa heran, mengapa bisa terjangkit padahal dirinya bukan tipe jorok. Ok, mikro-organisme masuk ke saluran kencing melalui beberapa cara, yakni:

  • Penyebaran langsung dari tempat infeksi terdekat.
  • Penyebaran mikro-organisme melalui aliran darah (hematogen)
  • Penyebaran mikro-organisme melalui saluran getah bening
  • Dari luar, misalnya karena pemakaian kateter, dan lain-lain.

Faktor pencetus
Selain beberapa cara penyebaran di atas, ISK mudah terjadi karena kondisi-kondisi di bawah ini:

  • Bendungan aliran urine
  • Kembalinya urine dari kandung kemih ke saluran kencing bagian atas ( refluks vesiko-ureter)
  • Adanya sisa urine dalam kandung kemih
  • Gangguan metabolisme
  • Peralatan medis, misalnya kateter
  • Wanita hamil, karena bendungan dan ph urine yang tinggi.

G E J A L A
Tanda-tanda ISK tidak khas, sebagian diantaranya bahkan tanpa gejala. Biasanya, keluhan yang sering dijumpai antara lain:

  • Nyeri saat kencing (disuria)
  • Kencing sedikit-sedikit dan sering (polakisuria) *bhs jawa: anyang-anyangen*
  • Nyeri di atas tulang kemaluan atau perut bagian bawah (suprapubik)

Tanda-tanda tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan bagian saluran kencing yang terinfeksi.

  1. ISK bagian bawah: biasanya ditandai dengan keluhan nyeri atau rasa panas saat kencing, kencing sedikit-sedikit dan sering, rasa tidak nyaman di atas tulang kemaluan (suprapubik)
  2. ISK bagian atas: ditandai dengan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman di pinggang, mual, muntah, lemah, demam, menggigil, sakit kepala.

Catatan penulis:
Biasanya kalau membaca tanda atau gejala penyakit, pembaca ada kecenderungan mencocok-cocokkan. Tidak salah sih, sebagai langkah waspada. Di sisi lain tidak perlu terlalu risau jika mendapati ada salah satu gejala yang kebetulan dialaminya. Tidak lantas berpikiran “jangan-jangan” menderita ini dan itu.
Eit, ntar dulu. Catatan ini bukan berarti menutup pintu diskusi lho. Kita tetap terbuka dengan semangat berbagi.

PEMERIKSAAN
Bagi yang mampu (banyak uang cak), bisa jadi pemeriksaan lengkap tidak menjadi masalah berarti. (hiks, tetap masalah kalo terlampau mahal ya) Masalah besar jika ISK menimpa pasien tak mampu, mahal sih, alih-alih mau periksa nan lengkap dengan biaya aduhai, untuk makan saja sudah teramat berat.
Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya adalah sebagai berikut:

  • Analisa Urin (urinalisis)
  • Pemeriksaan bakteri (bakteriologis)
  • Pemeriksaan kimia
  • Tes Dip slide
  • Pemeriksaan penunjang lain meliputi: radiologis (rontgen), IVP (pielografi intra vena), USG dan Scanning. Pemeriksaan penunjang ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya batu atau kelaianan lainnya.

Analisa Urin (urinalisis)

  • Leukosuria (ditemukannya leukosit dalam urin). Dinyatakan positif jika terdapat 5 atau lebih leukosit (sel darah putih) per lapangan pandang dalam sedimen urine.
  • Hematuria (ditemukannya eritrosit dalam urin). Merupakan petunjuk adanya ISK jika ditemukan eritrosit (sel darah merah) 5-10 per lapangan pandang sedimen urin. Hematuria bisa juga karena adanya kelainan atau penyakit lain, misalnya batu ginjal dan penyakit ginjal lainnya.

Pemeriksaan bakteri (bakteriologis)
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan secara mikroskopis dan biakan bakteri.

  • Mikroskopis. Bahan: urin segar (tanpa diputar, tanpa pewarnaan). Positif jika ditemukan 1 bakteri per lapangan pandang.
  • Biakan bakteri. Ditujukan untuk memastikan diagnosa ISK.

Pemeriksaan kimia (tes kimiawi)
Tes ini dimaksudkan sebagai penyaring adanya bakteri dalam urin. Contoh, tes reduksi griess nitrate, untuk mendeteksi bakteri gram negatif. Tingkat kepekaannya mencapai 90 % dengan spesifisitas 99%.

Tes Dip slide (tes plat-celup)
Berguna untuk menentukan jumlah bakteri per cc urin. Kelemahan cara ini tidak mampu mengetahui jenis bakteri.

PENGOBATAN
Prinsip pengobatan adalah memberantas (eradikasi) bakteri dengan antibiotika dan koreksi terhadap kelainan organ.

Tujuan pengobatan:

  • Menghilangkan bakteri penyebab ISK
  • Menanggulangi keluhan (gejala)
  • Mencegah kemungkinan gangguan organ (terutama ginjal)
  • Upaya di atas dilakukan dengan menggunakan obat yang sensitif, murah, aman, dan efek samping minimal

Tatacara pengobatan:

  • Menggunakan pengobatan dosis tunggal
  • Menggunakan pengobatan jangka pendek antara 10-14 hari
  • Menggunakan pengobatan jangka panjang, 4-6 minggu
  • Menggunakan pengobatan pencegahan (profilaksis) dosis rendah
  • Menggunakan pengobatan supresif, yakni pengobatan lanjutan jika pemberantasan (eradikasi) bakteri belum memberikan hasil, terutama pada kasus ISK yang disertai dengan sumbatan (obstruksi) saluran kencing.

Spesifikasi pengobatan terhadap berbagai jenis ISK: pre memori aja deh (maaf, kebanyakan dan terlalu medis). Jika diperlukan boleh juga (menyusul)

P E N Y U L I T

  • Urolithiasis (batu saluran kemih)
  • Infeksi jaringan ginjal
  • ISK berulang (kambuhan)
  • Obstruksi (sumbatan) dengan segala konsekwensinya
  • Dan lain-lain

ANJURAN
Bagi penderita ISK berulang (kambuhan), hendaknya memeriksakan diri secara berkala, setidaknya 1-2 bulan sekali untuk mengetahui kepekaan bakteri terhadap antibiotika dan evaluasi fungsi ginjal.

Semoga bermanfaat

Bacaan:

  • Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, hal 369-376, 2004
  • The Family Practice Handbook, Mark A. Grabber, MD, 3 ed, 1997
  • Urinary Tract Infection, Female, David S Howes, MD, University of Chicago, 2005
  • Urinary Tract Infection, Male, David S Howes, MD, University of Chicago, 2005

Edisi Baca file PDF ukuran 99 kb, silahkan download di sini

Coming soon, seputar jerawat berjudul: “menghitung jerawat di depan cermin“.

Ada selingan lain juga dong :)

Artikel ini sudah diupload di sini ... silahkan melihat diskusinya